Peranan Media dalam Aktivitas Propaganda - Mengungkap Kebohongan Media Barat

Sponsor Link

Sabtu, 16 Januari 2010

Peranan Media dalam Aktivitas Propaganda - Mengungkap Kebohongan Media Barat

Majalah UMMATie Edisi 01/th. 1 Rajab 1428/ Agustus 2007

Propaganda adalah sebuah pesan yang bersifat khusus yang ditujukan untuk menyebarkan sebuah agenda, filosofi atau pandangan terhadap suatu masalah. Biasanya propaganda sering digunakan di dalam konteks politik; terutama dalam upaya-upaya yang didukung oleh pemerintah atau kelompok politik. Dan itulah yang diusung oleh musuh-musuh Islam, melalui media-media Barat (AS) mereka melancarkan propaganda dan membentuk opini-opini masyarakat yang berlawanan dengan fakta, serta menyajikan berita-berita yang bias mengenai Islam.

Tercantum di dalam Psychological Operations Field Manual No. 331 yang dipublikasikan pada bulan Agustus 1979 oleh Department of the Army Headquarters di Washington DC, salah satu alat untuk melancarkan operasi psikologi adalah propaganda media. Bahkan propaganda media juga diatur dalam Psychological Operations (PSYOP) Media Subcourse PO-0816 oleh The Army Institute for Professional Development, yang dipublikasikan pada tahun 1983.


Mengapa media dipilih dalam aktifitas propaganda?


Mc.Luhan, penulis buku Understanding Media: The Extensive of Man, menyebutkan bahwa media massa adalah perpanjangan alat indera kita. Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan media massa adalah realitas yang sudah diseleksi.

Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan dan mengesampingkan tokoh yang lainnya. Surat kabar pun, melalui proses yang disebut “gatekeeping” lebih banyak menyajikan berbagai berita tentang “darah dan aurat” daripada tentang contoh dan teladan.

Dan biasanya kita tidak bisa, atau bahkan tidak sempat untuk mengecek peristiwa-peristiwa yang disajikan media. Boleh dibilang, orang cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa.
Sedangkan pada saat ini secara tidak sadar kebanyakan orang telah menjadi korban propaganda media-media Barat.


Kebohongan Media

Bukan apa yang mereka katakan, tetapi apa yang mereka tidak katakan. Bohong bermacam-macam bentuk dan ragamnya. Kebohongan mungkin terdapat dalam kebenaran parsial, fakta yang diseleksi, kutipan dan informasi yang ditempatkan di luar konteksnya, perspektif sejarah yang terpotong-potong, atau fakta yang diinterpretasikan secara salah. Dan memanipulasi publik bukanlah perkara sulit.

Jerry D. Gray mendefinisikan jurnalisme di dalam bukunya, “Jurnalisme sebagai penulisan yang dicirikan dengan menyajikan langsung faktafakta atau gambaran berbagai peristiwa tanpa upaya menginterpretasikan dan tanpa opini. Sedangkan berita merupakan sebuah laporan tentang peristiwa-peristiwa yang baru terjadi.”

Menyimpang dari definisi di atas, media berita tak selalu menyajikan laporan sesuai dengan faktanya. Bahkan mereka berani berbohong 100%, berbeda 180 derajat dengan fakta yang ada.

Sebagai contoh adalah, pelanggaran Majalah TIMES terhadap prinsip pemberitaan berimbang (cover both sides) dalam artikel berjudul “Confession of Terrorist Al-Qaeda” edisi 23 Desember 2002.

Pada edisi tersebut Abu Bakar Ba’asyir disebut TIMES sebagai pendiri MMI. Padahal, MMI didirikan oleh Kongres Mujahidin pada 5 Agustus 2000. Selain itu, pemberitaan yang ditulis Romesh Ratnesar itu juga menyebut Ba’asyir sebagai aktor intelektual di balik sejumlah peledakan bom di Indonesia dan Malaysia sejak 1999. Sumber informasi yang dipakai TIMES adalah kesaksian Umar Al-Faruq kepada Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA). Dikatakan, Umar Al-Faruq mengaku diperintah Ba’asyir untuk melakukan berbagai pengeboman, diantaranya di sejumlah gereja pada malam natal dan di Masjid Istiqlal pada 1999. Padahal, Mahkamah Agung sudah memutuskan, Ba’asyir tidak terkait dengan bom natal dan Istiqlal.

Majalah TIMES sudah melanggar prinsip pemberitaan berimbang (tidak ada cover both sides dan Ustadz Ba’asyir tidak pernah diwawancarai untuk konfirmasi) serta prinsip jurnalisme yaitu memberikan informasi akurat dan terpercaya yang dibutuhkan publik agar berfungsi dalam masyarakat sekarang ini.

Dan tidak hanya Majalah TIMES saja, banyak jaringan berita kabel maupun satelit di AS berperan dalam membohongi masyarakat internasional dan terkhusus warga Amerika sendiri untuk kepentingan Gedung Putih.

Amerika adalah negara tempat mayoritas orang dimanipulasi untuk mendukung kebijakan-kebijakan yang telah didesain untuk menipu mereka. Ini adalah tempat berlakunya prinsip menghalalkan segala cara, dan korupsi adalah falsafah pemerintahan.

Ungkapan seorang Maxwell King cukup menjadi bukti bahwa dunia penuh dengan kebohongan dan muslihat pemimpin Barat yang didukung media korporat yang didominasi kepentingan atau pihak tertentu sebagai alat propaganda yang hanya menyajikan sedikit fakta, yang tanpa disadari dibuat oleh media pemberitaan dan media dengan jangkau siar luas. Nyaris setiap hari corong-corong semacam TIME, CNN, MSNBC, FOX NEWS melansir berita “sepihak”. Tidak jarang muncul fenomena “jurnalisme stereotype” yang sudah lebih dulu memiliki asumsi dan abstraksi dalam membingkai isu atau fakta dengan bingkai yang dipengaruhi prasangka sehingga bias dan keliru dalam memahami Islam dan umat Islam. Tidak sedikit media massa secara sadar atau tidak, tergiring genderang yang ditabuh Amerika Serikat. Jika ditelusuri politik pemberitaannya hanya membidik Islam dan umat Islam sebagai potensi ancaman bagi kepentingannya.

Adhian Husaini mengatakan bahwa Barat mengontrol informasi dunia dan memproduk rata-rata enam juta kata per hari, sementara Timur (Islam) hanya mampu memproduk 500 ribu kata per hari. Dari perbandingan produksi kata melalui berbagai jenis media cetak, elektronik, dan dunia maya tampak jelas bahwa penyebaran nilai yang terus menerus dicangkokan ke benak manusia adalah nilai-nilai, doktrin, ideologi serta budaya Barat. Tengok jaringan informasi seperti CNN yang ditayangkan 24 jam terus-menerus melalui jaringan satelit yang bisa ditonton di seluruh pelosok dunia melakukan cuci otak tanpa henti. Media massa nasional pun lebih banyak merujuk kepada informasi yang diproduksi oleh kantor berita seperti UPI, Reuters, dan BBC. Tidak ada ceritanya media di Indonesia mengambil referensi dari As Sahab, Ar Rahmah, Al Muhajirun, atau secara mandiri mengembangkan informasi tanding.


Kepentingan Siapa?

Tercatat beberapa media yang berada di bawah kontrol Yahudi; The New York Times (terbit sejak 1941), The Wall Street Journal, dan The Washington Post. The Times (Inggris), The Daily Express, The News Chronicle, The Daily Mail, The Observer, The Mirror, koran The Sun dan The Times yang dimiliki Rupert Murdoch, mantan warga Australia yang pernah mendapat hadiah Bintang David, sebuah penghargaan tertinggi yang disampaikan oleh warga Yahudi-Israel. Selain itu ada juga Majalah Time, Newsweek, U.S. News & World Report. Di bawah payung perusahaan Time Warner Communication yang dipimpin seorang Yahudi bernama Gerald Levin, Majalah mingguan Time, mencapai sirkulasi hampir 4,1 juta. Newsweek, di bawah orang Yahudi bernama Katherine Meyer Graham telah memiliki sirkulasi mencapai hampir 3,2 juta eksemplar.

Fu`ad bin Sayyid Abdurrahman ar-Rifa’I dalam bukunya Yahudi dalam Informasi dan Organisasi, me-nunjukkan bagaimana kaum Yahu massa, perfilman, keuangan dan lembaga dunia. Kantor berita terbesar dunia, Reuters, dibangun keturunan Yahudi, Julius Reuters. Kantor berita besar lainnya, Associated Press, International News Service dan United Press International, juga dimiliki orang Yahudi. Bahkan, surat kabar yang tidak terlalu besar pun, seperti The Sunday Times, The Chicago Sun Times dan The City Magazine, tidak mereka lepaskan.

Tak salah jika George Gerbner dalam bukunya Mass Media and Human Communication Theory (1967) menyebutkan, “Mass Communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societies” (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri).


Sumber:

    * Jerry D. Gray, Dosa-Dosa Media Amerika
    * Fu`ad bin Sayyid Abdurrahman ar-Rifa’i,  Yahudi dalam Informasi dan Organisasi
    * journalism.org

Comments :

0 comments to “Peranan Media dalam Aktivitas Propaganda - Mengungkap Kebohongan Media Barat”

Posting Komentar

 

Copyright © 2009 by NgeBlog Sambil Belajar SEO